12.14.2011

13 desember 2011

malam tadi, sekitar pukul sepuluh malam, tak seperti biasanya ibu menelpon. beliau bertanya aku dimana, sedang apa. ku bilang, 'vivi di kosan bu, lagi internetan aja'. aku merasa ada yang janggal. ada yang tak biasa. dan aku tahu bahwa beliau menangis. kucoba bertanya, beliau hanya menjawab, 'ga ada apa-apa nduk'. setelah lama ku desak, beliau mau menjawab dan akhinya bercerita ada apa.
ya Allah, firasatku benar. beliau sedang mengalami cobaan berat. kucoba semampuku menenangkan beliau dan berkata semua akan baik-baik saja. dan saat itu juga ku tahu beliau tersenyum dalam tangisnya. di akhir pembicaraan, beliau berpesan, 'lebih rajin ya nduk. lebih semangat. lebih tegar'
ya Allah, kali ini firasatku mulai tak enak. dan aku hanya memendamnya dalam hati. telpon diputus. tetap kulanjutkan aktivitasku meski hati ini tak tenang. lewat tengah malam dan mata ini masih tak mau terpejam. 'Allah, ada apa sebenarnya?'
hingga azan subuh berkumandang, mata ini masih tak mau terpejam. kubangunkan tubuh ini, kulangkahkan kakiku, kuniatkan hati melakukan kewajibanku. Alhamdulillah, hati ini sedikit membaik. kembali kubaringkan tubuh dan memejamkan mata.
dan sama sekali tidak bertahan lama. sekitar pukul enam lewat aku terbangun. ntah, hati ini merasa ada yang janggal. 6.20 waktu handphone-ku berbunyi, 'arieq ibnu nur' nama yang tertera dilayar. ada apa, tanyaku. dan ketika akan kuaangkat, ternyata sambungan terputus. tanpa prasangka buruk aku berujar, 'tumben nih anak nelpon pagi-pagi. ntar sore aja ditelpon balik'
kembali kucoba pejamkan mata. belum genap 15 menit mata terpejam, hanphone-ku kembali berdering kali ini 'gendut'. ketika kuangkat, suara isak tangis memenuhi. 'dek, kamu ada uang? pulang ya. bapa pingsan' ya Allah sinyal-Mu begitu kuat, tapi entah mengapa aku masih menyangkalnya. dan aku hanya mampu menjawab, 'iya mbak iya aku pulang'
seperti robot bodoh, aku menyiapkan segalanya termasuk membangunkan dia dari tidurnya. tak lama dia datang dan membantuku membereskan semuanya. dengan sedikit kepanikan, kami berhasil menuju terminal pukul 8.
firasatku semakin buruk. hampir setengah jam aku duduk di kursi bis berwarna kuning itu namun tetap tidak ada perubahan posisi bis. menangis, hanya itu yang bisa kulakukan. dan sekitar pukul 9 pagi, telpon dan sms pun mulai datang bertubi-tubi. ya Allah, sinyal-Mu semakin kuat, tapi aku masih saja menyangkalnya..
semua memintaku untuk tenang, untuk sabar. tanpa ada yang menjelaskan segalanya. aku tahu ya Allah, ini semua cara-Mu memberitahukanku dan aku masih tetap menyangkalnya.
menangis, menangis dan menangis. ketika semuanya semakin terang, tangisanku semakin tak terbendung. penumpang sebelahku seorang wanita. mungkin ibu muda. entah karena nalurinya, dia pun menyodorkan tissue dan minumnya kepadaku seraya bertanya ada apa. sesengukan aku ceritakan semuanya. dia coba untuk menenangkanku dan itu berarti banyak ditengah semua ketidakjelasan yang ada.
ya Allah, semuanya semakin jelas tapi aku tetap menyangkalnya. kucoba menghubungi nomor bapak. tak lama berdering, telpon itu diangkat oleh sahabat ibuku. beliau memintaku tetap tenang dan terus mengabari posisiku.
duh Gusti, haruskah ini kuterima sekarang? kalo iya aku ikhlas, meski masih tidak percaya.
sesuai mandat yang ada, aku berhenti di salah satu pemberhentian bis itu di tangerang dan disana dijemput oleh rekan kerja ibuku. sesampai disana, ternyata om mawardi dan om bambang sudah menungguku. beliau menyambutku dengan rangkulan hangat khas seorang ayah. tak lama berselang mas tiba. kucium punggung tangannya takzim dan berderailah airmataku dipundaknya. ya Allah, kini aku tak akan menyangkalnya lagi. ku terima dengan ikhlas semuanya. kuceritakan semua rasaku padanya. dan aku mulai bisa sedikit tertawa. perjalanan menuju rumah ditempuh selama hampir 1,5 jam. sesampainya dirumah, ternyata ramai. dan aku berjanji untuk tidak menangis lagi.
kami disambut oleh banyak pelayat. semuanya meminta kami untuk tabah, tegar dan ikhlas. aku hanya tersenyum dan langsung menuju dalam rumah. melewati ruang tamu yang tak begitu ramai lalu meletakkan barang bawaanku kekamar.
aku menuju ruang tengah untuk melihat beliau yang begitu aku banggakan, beliau yang begitu kuat, beliau yang tak pernah mengeluh, beliau yang sabar, beliau yang ingin kami, anak-anaknya, tidak manja, beliau yang sekarang telah terbaring kaku, beliau bapakku. kuminta untuk dibukakan penutup wajahnya. kupandang wajah beliau, subhanallah, begitu cerah, begitu damai, dan tersenyum indah. kucium takzim kedua pipi dan keningnya lalu berpindah memeluk ibu.
ibu. wanita tegar yang selama ini selalu ingin terlihat baik-baik saja ternyata begitu rapuh hari ini. kucoba untuk menenangkannya. ya Allah, jika aku boleh jujur, tak sanggup aku melihat air matanya yang berderai. pamitlah aku untuk sholat dzuhur yang belum sempat kutunaikan. ingin aku menangis, namun kutahan.
naiklah aku keatas. bertemu beberapa orang juga keponakanku. keponakan pertamaku. cucu pertama dan satu-satunya yang pernah dilihat bapak. sempat aku bercanda sebentar lalu sholat. selesai sholat, tak tahu harus mengucapkan apa, aku hanya bisa ber-istighfar berulang kali. kemudian aku turun.
dibawah, kucoba untuk menenangkan ibu. duduk disisinya. memandangi bapak seraya berdoa. kembali aku tak sanggup. dengan alibi pamit bertemu orang-orang. kupeluk satu-satunya sahabatku yang bisa hadir disitu. erat. dan aku berhasil tidak menangis. bertemu dengan banyak orang. dan masih tidak menangis. Alhamdulillah aku kuat.
tapi ternyata tidak, setelah hampir 1.5 jam aku dirumah, aku merasa seperti orang gila. saat ini aku bisa tertawa bahagia seolah tak terjadi apa-apa, tapi detik berikutnya aku bisa menangis sesengukan karena merasa kehilangan.
hampir pukul 3 ketika kami dikumpulkan. bapak akan dikafani. semua berkumpul diruang tengah. mengelilingi bapak. dan untuk terakhir kalinya aku kembali memohon izin untuk mencium beliau. ya Allah ini teakhir kalinya aku bertatap muka dengan beliau. tepat selesai aku mencium bapak, beliau langsung dibereskan dan dikafani. Allah, Engkau telah mengambilnya dari hidupku. jadikan aku hambamu yang ikhlas menerima semuanya.
beliau dikafani, dimasukkan keranda. setelah acara sambutan, rombongan berangkat bersama bapak menuju masjid. kami sholat ashar berjamaah dilanjutkan sholat mayit.  selesai semuanya, kami berangkat menuju pemakaman, tempat peristirahatan terakhir bapak. Subhanallah, begitu banyak yang sayang terhadap bapak. begitu banyak orang yang mengantar beliau ke tempat peristirahatan terakhir.
kusaksikan beliau diangkat dan dibaringkan diliang kuburnya. diganjal lalu ditutup kayu serta anyaman bambu. lalu satu persatu butiran tanah menutupi beliau. Allah, aku tak akan pernah melihatnya lagi. doa, siraman air dan taburan bunga. tak sanggup lagi aku berada didekat beliau. menjauh dan tetap memandangnya. begitu banyak rekan yang menyalamiku dan menyampaikan rasa belasungkawa yang aku sambut dengan, 'terima kasih. insya Allah sabar, ikhlas. doanya aja. maafin bapak dan keluarga ya'
ketika semua mulai bubar, aku ingin tetap disana, menemaninya. namun tak ada yang mengijinkan. aku digiring untuk keluar area pemakaman. dituntun banyak orang. kulihat ibu berjalan didepan. dengan bermodal kata 'permisi' aku berdiri disamping ibu dan menuntun beliau. aku ingin menjadi orang yang disamping beliau menjalani hari-hari kedepan.
hari ini, 13 desember 2011, tepat 1 tahun 1 bulan cucumu, tepat 52 tahun, 9 bulan 11 hari kelahiranmu, kau meninggalkan kami semua disini. meninggalkan istrimu, keempat anakmu, 1 menantumu dan 1 cucumu beserta keluarga besar dan seluruh kerabat juga rekan yang begitu menyayangimu. selamat jalan pak, selamat jalan bapak SRI MULYONO kami tercinta. kau adalah kenangan terindah yang pernah Dia kasih untukku. doaku selalu untukmu pak, aku menyayangimu. aku mencintaimu. you'll always be the best man in my life.
vivi janji, vivi bisa bikin bapak tersenyum disana. vivi ikhlas pak. vivi tau bapak udah di tempat yang lebih baik. bapak akan selalu ada disini, dihati vivi.


almarhum dan cinta dalam hidupnya, ibuku..



dengan seluruh hatiku, untukmu, bapak :)

No comments:

Post a Comment